Sunday, January 22, 2006

Abang...

Ketika menulis ini, saya sedang teringat seseorang. Seseorang yang mungkin “cukup” berarti bagi saya. Saya memanggilnya “Abang” .

Kami pernah begitu dekat, walaupun jalinan itu tidak lama, mungkin sekitar 3 bulan. Tapi dalam waktu yang sesingkat itu boleh di bilang saya tahu kondisinya setiap detik.

Saat itu semua indah, walau saya tahu dia memiliki seseorang, tapi itu tidak menghalangi saya untuk terus menjalin hubungan dengannya. Kami tidak berselingkuh, dan dia mengakui saya sebagai adik. Dan seperti yang diperkirakan, saya jatuh cinta. Memang bukan yang pertama, tapi toh rasanya lebih indah dari cinta pertama saya. Bingung, ded2-an, gemetar, hmmm….

Waktu berlalu, entah dari mana mulanya, kami menjauh. Mungkin perasaan saya juga ikut andil dalam menciptakan jarak. Kami mulai jarang berkomunikasi, jarang bicara, jarang telpon, jarang sms. Dan perlahan dia menghilang dari hidup saya.

Hingga suatu malam ia menghubungi saya melalui sms
“dek, saya ingin bunuh diri…”
DEGGGGG, ada apa??? Saya panik, saat itu waktu menunjukan hampir pukul 1 malam. Saya mencoba menelponnya, tapi tidak diangkat. saya sms balik dan menanyakan di mana dia, tidak pula dibalasnya.


Ada apa??? Hingga saat ini saya tidak tahu apa yang terjadi dengannya malam itu.

Enam bulan kemudian, dia kembali menghubungi saya, hanya sekedar mengabarkan bahwa dia akan menjalani sidang skripsi. Saya bersyukur, kami ngobrol seperti biasa, bercanda dan saling cela. Dia tidak berubah. Saya berjanji untuk datang pada hari dia sidang, tapi pada saat hari-H saya ada pekerjaan di luar kota dan terpaksa tidak bisa datang. Dia memaklumi.

Setahun, dua tahun, tiga tahun berlalu. Dalam rentang waktu itu kami hanya sesekali kontak, menanyakan kabar atau sekedar bercanda di telpon. Dia sudah menjadi lelaki mapan, dia masih menjalin kasih dengan kekasihnya yang dulu, saya pun telah menemukan pujaan hati saya dan menikah.

Bersambung….

0 komentar:

 
template by