Tuesday, January 31, 2006

Hilang...

Dunia menghilang dari balik tirai,
bau tanah basah menusuk hidung

Tidak kah ada yang lebih indah dari cahaya?
Bagaimana bentuk bulan
Apa warna matahari
Warna tanah,
Bagaimana merah
Apa itu biru

Tidak ada yang lebih baikkah dari cahaya?
Terang menyusut
Bukan, bukan hanya menyusut, tapi semakin meredup

Membayangkan pelangi
Hanya suara air jatuh
Tiada pelangi

Bagaimana bentuk bulat, apa itu kotak,
Hanya megerti berputar, membentuk lingkaran
Hanya mendengar kicau burung,
Mencium wangi bunga,
tanpa pernah sanggup menggambar rupanya.

Lalu gelap kembali datang
Dan tidak lagi menyisakan terang….


4 my brother in law...
I proud of u...

Sunday, January 29, 2006

Seseorang Bernama ESA…






(Untuk rasa sayang yang tak terdefinisi)

Mengingatnya, membuat saya tersenyum, sekaligus menangis. Dia istimewa, bahkan boleh dibilang sangat istimewa. Selalu nyaman berada didekatnya. Sejak dulu saya tak pernah mengakui perasaan ini sebagai cinta. Saya menyebutnya “rasa sayang yang tak terdefinisi”. Dan dia pun selalu menekankan pada saya bahwa yang dia rasakan terhadap sayapun tak terdefinisi (apakah cinta juga punya definisi?).

Saya mengenalnya hampir 7 tahun lalu, kami masih sama-sama polos. Awalnya sangat biasa, saya mengabaikannya, diapun mengabaikan saya. Saya lupa, apa yang membuat kami menjadi dekat satu tahun kemudian.

Kuliah bareng, makan siang di-F, Nge-net di M-Web Psiko atau jalan-jalan ke mal depok saat itu menjadi rutinitas kami. Memang kami tidak melakukannya hanya berdua, tetapi juga bersama teman2 kami yang lain. Yang saya tahu, ia naksir dengan sahabat dekat saya (betul kan?). Kami dekat, cukup dekat, hingga saat liburan tiba pun tanpa dikomando kami saling menulis “surat kangen”. Mungkin dari sinilah awalnya. Perasaan saya terhadapnya berubah setelah surat kangen kami yang pertama, dan sekali lagi saya tekankan “itu bukan cinta”.

Dia begitu istimewa, saya selalu terkenang padanya setiap kali membaca surat-surat kecil yang saling kami kirimkan saat dosen sedang mengajar. Surat-surat inilah yang lebih banyak bercerita tentang kami, tentang senja, tentang hujan, dan juga tentang “rasa sayang yang tak terdefinisi” itu……

“eh lihat udah hujan lagi……..”
“ehmmm…..”
“udah beberapa hari ini ujan terus, indah yah?…..”
“ehmmm….”
“gak tau kenapa kalo ujan, gue ngerasa seneng banget..”
“ehmmm..”
“kok ehmmm terus sih? Ngomong dong!!”
“ehmm..”
“brengsek…”
“……..”
“eh hujan ini kok aneh sih, warna-warni.., rasanya juga manis, kayak sirop.”
“ehmm”
“ini pasti hujan cinta, kalo hujannya sederas ini, pengirimnya pasti lagi jatuh cinta berat. Romantis banget yah…… H.U.J.A.N. C.I.N.T.A.”
“iya gue tahu, gue kok yang ngirim buat elo.”

*Somethings are better left unsaid*
Puisi spontan buatan rangga si penyair kacangan


Sekali lagi, Itu bukan cinta, walau hubungan kami begitu mesra, layaknya sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta.

Berjalan berdua melintasi hutan kampus, genggaman tangannya, atau dekapnya yang nyaman sering kali membuat saya merindukannya. Tamparan saya pada pipinya senja itu mungkin masih membekas dihatinya, sobekan uang kertas lima ratus rupiah yang sengaja kami bagi dua atau pig-gitar hitam itu, apakah masih disimpannya? Hmmmm ;)p

Saya sadari rindu ini pada akhirnya menjadi mimpi panjang saya. Saya menikah, dan ia entah dimana. Hampir tiga tahun kami tidak saling sapa, ia tanpa berita. Beberapa kali saya mencoba menghubunginya, tapi ia seperti menolak saya. Saya mengirim e-mail, ia juga mengacuhkan saya.

Untuk seseorang yang merayakan ulang tahun setiap tanggal 21 Maret, Whereever you are, saya sayang kamu, walaupun saya tidak pernah tahu bagaimana bentuknya…
I’m really sorry for what I ever did, for what I ever said…
I’m really sorry…….

Saturday, January 28, 2006

Domestic Violence???

Hmmm, Mungkin hanya sebagian perempuan yang mengetahui konsep itu, termasuk saya. Saya beruntung kuliah di fakultas ilmu2 sosial, sehingga kata itu tidak lagi asing ditelinga saya.

Miris rasanya melihat berbagai berita di televisi, seorang ibu yang membakar anaknya, mengajak anaknya bunuh diri, ibu yang mencuri, dll. Tahukah kita, seorang perempuan tidak akan melakukan tanpa sebab?

Ketika kuliah dulu, saya sempat menulis sebuah makalah tentang suami yang dibunuh istrinya. Yang unik adalah, dari sekian kasus yang saya teliti, hampir semua menunjukan bahwa pada awalnya pelaku adalah korban. Mereka mengalami berbagai siksaan dari suaminya, mulai dari siksaan fisik seperti, dipukul, ditendang, sampai disiram air panas. Ataupun siksaan psikologis, seperti di hina, di caci maki, di tatap sinis.

Dalam rumah tangga seperti ini, perempuan sama sekali tidak berdaya. Tidak dihargai, diacuhkan, dan tidak dimanusiakan….

Bukan hanya mereka yang berada dalam golongan ekonomi lemah saja yang mengalaminya. Bahkan perempuan dengan tingkat pendidikan tinggipun tidak luput dari peristiwa ini. Termasuk saya mungkin!!!!

Entahlah, setiap menjelang week end, saya selalu deg deg-an. Saat hari jumat tiba, saya hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi sore nanti. Saya tidak pernah berfikir dia yang terbaik, tapi entahlah. Jika boleh meminta, saya ingin hari jumat, sabtu, minggu tidak ada dalam hidup saya.

Dia memang tidak pernah menyiksa saya secara fisik, tapi menteror bathin saya. Seperti perempuan lainnya, saya hanya bisa menangis, Percuma saya meratapi hidup yang sudah saya pilih, Apa ini cinta??? Saya tidak tahu. Yang saya tahu, setiap kali saya berusaha membuatnya senang, termasuk mendukung semua kesenangannya yang saya tahu itu salah. Walaupun terkadang hanya penolakan yang saya dapatkan…


Saya terhina, saya tidak dihargai, tidak dimanusiakan. Apa saya salah ketika keinginannya tidak terpenuhi? Apa saya salah ketika hari hujan dan ia tidak bisa pergi dengan teman2nya? Apa saya berkehendak menurunkan hujan?

Mungkin kami tidak akan lama, saya berharap, tanpa saya dia akan lebih tenang. Tanpa saya dia akan dapat menikmati hidupnya. Bukankah mencintai berarti berani berkorban??? Termasuk siap kehilangan apa yang kita cinta….


Kalau sudah begini, sepertinya konsep domestik violence tidak berarti apa-apa….

Sunday, January 22, 2006

Abang...

Ketika menulis ini, saya sedang teringat seseorang. Seseorang yang mungkin “cukup” berarti bagi saya. Saya memanggilnya “Abang” .

Kami pernah begitu dekat, walaupun jalinan itu tidak lama, mungkin sekitar 3 bulan. Tapi dalam waktu yang sesingkat itu boleh di bilang saya tahu kondisinya setiap detik.

Saat itu semua indah, walau saya tahu dia memiliki seseorang, tapi itu tidak menghalangi saya untuk terus menjalin hubungan dengannya. Kami tidak berselingkuh, dan dia mengakui saya sebagai adik. Dan seperti yang diperkirakan, saya jatuh cinta. Memang bukan yang pertama, tapi toh rasanya lebih indah dari cinta pertama saya. Bingung, ded2-an, gemetar, hmmm….

Waktu berlalu, entah dari mana mulanya, kami menjauh. Mungkin perasaan saya juga ikut andil dalam menciptakan jarak. Kami mulai jarang berkomunikasi, jarang bicara, jarang telpon, jarang sms. Dan perlahan dia menghilang dari hidup saya.

Hingga suatu malam ia menghubungi saya melalui sms
“dek, saya ingin bunuh diri…”
DEGGGGG, ada apa??? Saya panik, saat itu waktu menunjukan hampir pukul 1 malam. Saya mencoba menelponnya, tapi tidak diangkat. saya sms balik dan menanyakan di mana dia, tidak pula dibalasnya.


Ada apa??? Hingga saat ini saya tidak tahu apa yang terjadi dengannya malam itu.

Enam bulan kemudian, dia kembali menghubungi saya, hanya sekedar mengabarkan bahwa dia akan menjalani sidang skripsi. Saya bersyukur, kami ngobrol seperti biasa, bercanda dan saling cela. Dia tidak berubah. Saya berjanji untuk datang pada hari dia sidang, tapi pada saat hari-H saya ada pekerjaan di luar kota dan terpaksa tidak bisa datang. Dia memaklumi.

Setahun, dua tahun, tiga tahun berlalu. Dalam rentang waktu itu kami hanya sesekali kontak, menanyakan kabar atau sekedar bercanda di telpon. Dia sudah menjadi lelaki mapan, dia masih menjalin kasih dengan kekasihnya yang dulu, saya pun telah menemukan pujaan hati saya dan menikah.

Bersambung….

Friday, January 20, 2006

ada atau tiada

Dalam kegelapan, aku melihat mimpi yang terputus-putus
terulang dan kembali terulang...
anehnya walau kehangatanmu ku rasa,
namun bayang dirimu, tidak tampak di mana-mana.....

Wednesday, January 18, 2006

Hanya Mimpi

Ketika saya ingin berlari, kaki ini tak bisa bergerak
Ketika saya ingin terbang, tubuh ini tak punya sayap
Saya ingin, tapi tak bisa.


Tapi ada yang bergerak, ketika mata saya terpejam.
Tangan saya mengepak, kaki saya terangkat…
Saya berlari lalu terbang….
Tidak berhenti……….

Ketika saya membuka mata, semua masih sama.
Saya tidak berlari, apalagi terbang.
Saya masih di sini, menunggu keajaiban datang!!!!

 
template by