Friday, March 16, 2007

Hamil ???


Deg deg deg deg deg.....

Friday, March 09, 2007

Mencintai = Menerima

Cerita sahabat :

Dia menikah awal desember tahun lalu. Saya datang, bahkan terlibat sebagai pagar ayu dipernikahannya. Sekarang sudah mulai diburu pertanyaan :
# kapan punya momomgan?
# udah “isi” atau belum?
# gak di jaga kan ?

Sebelum menikah, calon suaminya sedikit memaksa ia untuk periksa ke dokter kandungan, karena menstruasinya yang tidak lancar. Ia menurut saja. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa hormon estrogennya tidak stabil, sehingga perlu dilakukan terapi hormon agar gangguan menstruasi tersebut dapat diatasi.

Sudah lebih dari tiga bulan ia menikah, tapi tanda2 kehamilan belum juga muncul. Sebulan setelah pernikahannya ia melakukan uji kehamilan sampai lima kali dengan testpack, tapi hasilnya selalu negatif.

Suaminya mulai memaksa. Ia kembali ke dokter kandungan dan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui ada apa dengan rahimnya. Jika dulu hanya dilakukan pemeriksaan hormon, sekarang pemeriksaan dilakukan lebih detil lagi.
# Pemeriksaan awal : USG
# Selanjutnya : HSG

(Keduanya pernah saya jalani)

Diketahui terdapat kista pada rahimnya, dan kemungkinan besar diperlukan waktu yang cukup lama untuk proses penyembuhan. Ia menangis!!!
Parahnya lagi, suami yang ia harapkan akan mendukungnya, malah menyalahkannya dan menuduhnya telah melakukan kebohongan atas pemeriksaan terdahulu (sebelum mereka menikah).

Logika saya sebelum menikah, tidak mungkin dilakukan HSG karena prosesnya adalah memasukan semacam kamera dan obat melalui vagina. Dan kemungkinan besar itu akan mengganggu mereka yang masih gadis.

Dia menjelaskan hal yang sama, tapi suaminya tetap menolak dan menuntutnya untuk segera hamil.

Ah, saya beruntung…
Sudah hampir 2 tahun kami menikah, saya belum juga hamil. Kami telah melakukan pemeriksaan bersama, Alhamdulillah tidak ada masalah pada kandungan saya, namun sperma suami saya bergerak agak lambat sehingga membuat proses pembuahan terhambat.

Ya, sudahlah…
Kami saling menerima. Kami memang menginginkannya, namun memiliki anak bukan satu-satunya tujuan kami menikah.

Saya bersyukur,
Pada awal pernikahan kami saya tidak yakin bisa menghabiskan hidup saya dengannya. Tapi sampai detik ini kami tetap enjoy dan menikmati hidup kami.

Suami saya itu…
terkadang menyebalkan, ia sering kali membuat saya jengkel..

Tapi dia bilang:
Dia menikahi saya karena dia mencintai saya
Dia bilang:
Dia mencintai saya karena dia ingin mencintai saya
Dia bilang:
Dia ingin mencintai saya karena memang dia ingin…

No Reason!!!
Tidak ada alasan apa-apa sama sekali!!!

Well, dia memang tidak se-romantis Agung, Dia tidak se-ganteng Oom Tan, dan dia juga tidak se-cares Abang.

Tapi saya mencintai dia apa adanya dia (juga tidak ada alasan), itu yang membuat saya memutuskan menikah dengannya. Abstrak kan???

 
template by