Monday, December 22, 2008

13 Bulan


Anakku Chayank..
Skrg ud 13 bln ya,
Makin pinter ya nak,
Mama & Papa sayang kamu
I Love you, Beibeh...

Saturday, December 20, 2008

Kelakuan Si kucing Garong

Ini kucing garong beneran, bukan kucing garong jadi2an.

Begini ceritanya :
Di rumah orang tua saya ada empat ekor kucing kampung yang telah kami pelihara sejak kecil. Mereka adalah Emak, Timi, Cuplis dan Garong alias Gerry. Sejak kecil mereka kami beri makan olahan pabrik yang harganya lumayan mahal. Dalam sebulan kami bisa mengeluarkan uang lebih dari 200rb hanya untuk perawatan kucing2 kampung itu.

Semakin hari mereka semakin tumbuh besar, sebagaimana layaknya kucing2 kampung lainnya mereka pup dan pip disembarang tempat. Hampir setiap pagi mama saya teriak2 karena bau kotoran mereka yang menyebar hampir diseluruh penjuru rumah.
Akhirnya dengan berat hati kami sepakat untuk membuang kucing2 tersebut. Diantara semua anggota keluarga mereka sangat lulut dengan adik saya. Adik saya lah yang paling menentang pembungan kucin2 ini dia bilang ”coba mama pikir, ibaratnya anak dari kecil mama urusin, mama kasih makan, trus udah gede mau dibuang, apa mama teaga???” mama saya luluh, tapi dengan kesepakatan bahwa adik saya lah yang akan membersihkan kotoran kucing2 itu setiapa hari. Adik saya setuju.

Lama2 adik saya bosan dengan rutinitas itu. Akhirnya dia menyerah dan menyetujui kucing2 itu dibuang tapi dengan syarat dia tidak melihatnya. Mama dan ayah mencobanya berulang kali dan selalu gagal.kucing2 itu hanya nurut sama ”yang punya”.

Suatu hari ketika sedang membersihkan kotoran kucing di garasi, seorang tetangga menyapa mama ”bersih2 bu?” katanya
” iya nih, rumah saya jadi bau kucing”
”emang ada berapa kucingnya”
”ada empat, mau dibuang, tapi gak ada yang bisa nangkep. Kalo ada yang mau buangin saya upahin 50 rb.”

tidak berapa lama anak dari ibu tetangga yang tadi menyapa mama –Linda- datang bersama suaminya –Bahrul- dengan membawa karung.
”bule katanya mau buang kucing, sini Linda yang buangin”
”emang berani Lin?”
”berani, si-aa yang mau nangkep.”
Mama mengijinkan.

Si-cuplis tertangkap duluan dan langsung dimasukan ke dalam karung. Kemudian si-timi tapi kata mama “Timi gak usah deh Lin, dia gak nakal kok” memang diantara kucing2 itu hanya timi yang paling bersih pip dan pup pada tempatnya.

Garong yang sedang tidur dikolong meja ditarik kakinya sama Bahrul, namun langsung berontak. Terjadi kejar2an seru antara Bahrul, Linda dan Garong. Diserang oleh dua orang Garongpun tertangkap. Bahrul memegang lehernya, tapi bukan Garong namanya kalau tidak melawan. Ia membalikkan kepalanya dan “Crak...” Bahrul menjerit. Gigi2 Garuh telah menembus telunjuknya. Alhasill telunjuk bahrul berdarah. Kami semua panik. Mulai dari betadine, alkohol, revanol bekerja untuk menyembuhkan telunjuk bahrul yang somplak. Setelah pertolongan pertama selesai, mama memberikan uang 100rb agar bahrul kerumah sakit. Bahrul dan Lindapun berangkat kerumah sakit dengan menggunakan motor.
Gak berapa lama kemudian, seorang tetangga datang kerumah dan mengatakan bahwa bahrul pingsan ditengah jalan. Halaaah…mama panik donk.
Buru2 mama pergi ketempat kejadian dengan diantar kakak saya. Sesampainya disana ternyata bahrul sudah sadar dan sudah berada di Puskesmas.

Jadi begini ceritanya:
Hari itu Linda sedang pusing bukan main karena anak keduanya yang masih bayi sakit. Suaminya sedang tidak bekerja (biasanya jadi kuli bangunan). Mendengar mama mau buang kucing dengan iming2 upah 50rb, buru2 Linda membangunkan suaminya yang masih tidur. “bla bla bla bla…..lumayan 50rb buat berobat si fikri”. Dalam keadaan masih ngantuk bahrulpun bersiap melaksanakan tugas yang kelihatannya gampang itu. Tapi dasar apes, niat dapet uang untuk berobat anak eh malah telunjuk somplak digigit kucing!!!

Tapi yang juga apes adalah mama. Setelah menjemput bahrul yang katanya pingsan, mama jd terharu dengan cerita mereka, akhirnya mama merelakan uang 100rb yang tadi ia berikan. Dan membayar semua biaya pengobatan bahrul. Jadi kucing ga jd dibuang, malah keluar uang...

Kesimpulan:
Betapa berartinya uang 50rb untuk orang2 spt Linda dan Bahrul. Karenanya Qta harus bersyukur karena masih diberi nikmat lebih dari sekedar 50rb. Coba bayangin, buat biaya berobat anaknya bahrul harus rela kehilangan ujung telunjuknya... ckckckck...

Kata Adik saya :
”Ternyata bener ya, nama itu doa. Kayaknya gw salah ngasih nama tuh kucing!!!”

Friday, November 28, 2008

PERNIKAHAN

Beberapa waktu lalu, saya berbincang dengan tiga orang sahabat saya. Temanya tentang PERNIKAHAN. Diantara kami bertiga hanya saya yang sudah menikah, Jeng F sedang dalam persiapan menuju ke sana (Desember tahun ini ia akan menikah), Jeng S sedang merencanakan dalam waktu dekat ini, sedangkan Jeng R, ingin sekali menikah tapi sampai detik ini belum menemukan pasangan yang tepat.

Saya jadi teringat lebih dari tiga tahun lalu ketika memutuskan untuk menikah, masih lugu, belum bisa apa2, masih setengah yakin dengan calon suami yang sudah dipilih. Namun dorongan orang tua saat itu membuat saya maju terus sampai akhirnya kami menikah.

Perasaannya:
Menyesal??? Sebenarnya tidak boleh ada kata itu ketika kita telah membuat keputusan, tapi harus diakui, karena pernikahan ini saya tertinggal banyak hal dibanding teman2 saya, terlebih sejak menikah sampai sekarang saya memutuskan utuk menjadi ibu rumah tangga biasa. Tapi perasaan menyesal itu pada akhirnya hampir tidak pernah ada, apa lagi sejak kehadiran Dytara, putri kecil kami. Saya mencintai peran saya sebagai ibu, saya menyukai hidup saya sebagai istri yang hanya dirumah saja, dan tentunya saya bangga menjadi perempuan yang bisa membahagiakan keluarga.

Awalnya:
Neraka!!! Satu tahun pertama pernikahan kami adalah NERAKA. Walaupun masa pacaran lebih dari dua tahun, tapi itu benar2 gak menjamin saya mengenal suami saya seutuhnya. Banyak sifat yang baru muncul saat kami tinggal serumah, banyak hal yang membuat saya terkaget2 dan seperti menjalani hidup dengan orang asing.

Berantem??? Hampir tiap minggu. Masalah sepele aja bisa bikin kami spaneng. Tapi sejak awal komitmen kami, dilarang terucap kata ”cerai” jika kami berantem. Alhamdulillah sampai detik ini kata itu tidak pernah ada dalam kamus kami. Saya dan suami sepakat, jika memang salah satu diantara kami merasa tidak bahagia dengan pernikahan ini, makan itulah perpisahan yang sebenarnya.. Jadi untuk apa dipertahankan. So, Berantem itu emang bumbunya rumah tangga, kalo emang Qta gak suka bilang aja. Karena menurut saya ”Mana gue tahu apa yang elo mau, kalo elo gak bilang!!!”

Sekarang:
Saya masih terus belajar jadi istri dan ibu yang menyenangkan. Setidaknya rumah kami adalah surga buat kami. Pertengkaran sudah jarang terjadi, saya dan suami Insyaallah sudah bisa saling memahami. Kami tetap individu2 yang berbeda, karena perbedaan itulah yang membuat hidup kami berwarna. Ups sekarang kami sudah bertiga, tentunya dengan Dytara, cinta kami....

Friday, February 01, 2008

Me and My Parents



Me & Papa



Me & Mama

 
template by