Thursday, March 23, 2006

Mimpi Tentang Ferdy…

Something that I can’t forget!!!

Benarkah mimpi hanya sekedar bunga tidur??? Seandainya iya. Sejak dulu saya tidak pernah bisa mengingat mimpi saya. Ketika saya tidur, saya bermimpi, saat saya bangun, saya sudah lupa.

Tapi ini berbeda!!!
Saya masih sangat jelas mengingatnya, walau mimpi itu terjadi hampir sebulan lalu. Setiap detailnya, percakapan kami, apa yang kami lakukan. Saya masih mengingatnya!!!

Ferdy…
Saya mengenalnya sejak satu tahun lalu. Dia lima atau enam tahun lebih muda dari saya. ABg sekali. Kami sekelas dalam suatu kursus bahasa. Walau tidak begitu dekat, beberapa kali saya nebeng pulang, karena kebetulan rumah kami searah. Tapi itu pun tidak berdua, tapi bersama seorang teman perempuan saya yang lebih dekat dengannya.

Dalam perjalanan pulang, tentu kami saling bercerita. Ia lebih banyak curhat tentang gadis2 yang ia pacari. Saya menanggapi sekenanya, juga ketika ia bercerita tentang TTM-nya dengan Putri teman sekelas kami, saya hanya menganggapnya angin lalu.

Suatu hari ia merubah penampilannya, reflek saya berkomentar “tampang lo kayak orang sakit panas!!!” Ia hanya nyengir dan tetap mempertahankan penampilannya dengan poni belah pinggir yang menurut saya aneh. Tidak ada yang berubah sampai setahun ini. Ia masih tetap ABg, masih tetap playboy gagal karena Putri mencampakkannya dan ia mulai mengejar Icha, masih tetap Ferdy yang memanggil saya “Mbak…”, Ferdy yang tidak pernah malu menunjukan betapa bokeknya dia…

Sampai suatu malam saya bermimpi,
Hari itu ia mengantar saya pulang, dan kami hanya berdua!!! Selama dalam perjalanan kami tidak bicara, ia menyetir dengan perlahan. Satu hal yang agak berubah, ia memotong rambutnya dan terlihat lebih rapi. Ia mengantar sampai depan pintu rumah orang tua saya. Ia membukakan pintu mobil, dan mempersilahkan saya keluar.

“Mbak…” Ia memanggil, ketika saya mulai melangkah.
Saya menoleh dan tersenyum, “Terimakasih ya, hati-hati”
Entah apa yang ia inginkan, sedetik kemudian ia menarik tangan saya dan membawa tubuh saya dalam dekapnya.
Sesaat ia tersadar, “Maaf mbak…”
“Saya mohon jangan tinggalkan saya”
setengah memaksa ia mendorong saya masuk kembali ke mobilnya, saya tidak menolak, walaupun dengan jelas saya lihat wajah suami saya berdiri di depan pintu dengan tatap marah. Ferdy membawa saya pergi……..

0 komentar:

 
template by